Sabtu, 06 Februari 2016

Catatan Istri Dokter PTT : Pengalaman Pertama Membawa Bayi Naik Pesawat

Bayi kami, Fiyya namanya, usianya 7 bulan. Penerbangan ke Bajawa adalah penerbangan pertama dalam hidupnya. Kami, terlebih saya dag dig dug rasanya saat akan membawa Fiyya naik pesawat. Berbagai ketakutan hinggap, takut rewel, takut dia p*p, apalagi kondisinya sedang kurang fit (demam semenjak 1 hari sebelum keberangkatan). Sebetulnya saya ingin mengkompilasi informasi dari berbagai maskapai mengenai syarat dan ketentuan penumpang bayi, tapi sinyal internet yang sedang tidak stabil dan buruknya manajemen waktu saya membuat rencana ini buyar, maafkan :(. Secara garis besar syarat dan ketentuan maskapai penerbangan adalah sebagai berikut:
> Batas usia penumpang bayi  adalah di bawah 2 tahun
> Satu bayi harus didampingi satu orang dewasa
> Biaya tiket tergantung penerbangan
> Beberapa maskapai menyediakan kursi khusus bayi
> Beberapa maskapai memperbolehkan membawa kereta bayi yang dapat dilipat dan dititipkan ke pramugari
> Semua maskapai memperbolehkan membawa ASIP atau susu botol
> Semua maskapai memperbolehkan membawa makanan bayi
> Hampir semua maskapai tidak memberi jatah bagasi untuk bayi
Mari berlanjut kr pengalaman kami :) Perjalanan kami ke Bajawa dimulai dari perjalanan darat dari Bandung ke Bandara Soetta via tol Cipularang. Kami diantar keluarga menggunakan mobil pribadi berangkat pukul 19.30, karena khawatir jalanan penuh karena sisa 'pemudik' pasca libur panjang. Ayah saya memacu mobil dengan kecepatan tinggi sehingga sekitar pukul 23.00 sudah sampai di bandara. Sepanjang perjalanan, Fiyya tidur dengan lelap. Sesampainya di bandara, kami memutuskan untuk makan di K*C, karena dekat dengan parkiran terminal 1C (terminal keberangkatan kami). Begitu kami masuk mas-masnya melihat kami dengan bingung, kemudian menginfornasikan bahwa K*C sudah tutup. Perut yang lapar akhirnya membawa kami ke resto ayam kremes, tapi begitu liat harganya jadi mendadak kenyang :D. Loh, kok jadi cerita makanan? Mari kembali ke topik.

Sesampainya di bandara, Fiyya cerah ceria, masih agak anget sih badannya, tapi tidak seanget siang. Fiyya bergantian digendong eyang kakung dan utinya, saya biarkan hehe, hitung-hitung rapel gendong selama Fiyya di Bajawa. Tiba-tiba saat saya belum selesai makan Fiyya mulai rewel. Saya pun berhenti makan dan membawanya ke ruang menyusui yang terletak di kamar mandi wanita. Sekalian saya review deh ruang menyusui di kamar mandi wanita terminal 1 C bagian luar. Ruang menyusui ini adalah ruang menyusui terkecil yang pernah saya pakai, ukurannya saya tidak tahu pasti, mungkin sekitar 1-1,5x2-2,5m.Di ruangan itu terdapat bangku panjang, tempat ganti popok, AC, wastafel, sterilizer, dispenser (tanpa galon), tempat sampah, lemari. Saya kurang nyaman saat menyusui karena bangkunya kurang lebar dan kaki menggantung. Belum lama menyusu, tiba-tiba Fiyya menunjukkan tanda-tanda p*p. Tas Fiyya yang berisi perangkat ganti pospak saya tinggalkan di mobil, jadilah saya minta suami untuk mengambilkan. Pelajaran ya, tas bayi itu hatus ditenteng kemana saja.

Jarum jam rasanya lama sekali bergerak saat menunggu jam check-in. Fiyya tidak bisa tidur, mungkin dia juga gelisah karena tau akan berpisah dengan eyang-eyangnya, ummi-abi (bude-pakde), om, dan sepupunya. Ayah Fiyya akhirya memutuskan untuk check-in lebih awal agar keluarga bisa pulang dan Fiyya bisa tidur. Pukul 00.30 kami check-in, kami diminta untuk lapor di gate (maaf lupa istilahnya apa) karena membawa bayi. Saat melapor kami ditanya usia Fiyya, kami jawab 7 bulan. Lalu petugas mempersilakan kami langsung masuk, katanya yang perlu lapor hanya bayi 1-6 bulan.

Setelah itu, saya segera mencari ruang menyusui di area dalam, tapi sedih bukan kepalang (lebay nih :D), kata petugasnya tidak ada ruang menyusui. Sampai sekarang saya masih terheran-heran dan tidak percaya sih sebetulnya, semoga saja sebenarnya ada tapi petugasnya tidak tahu. Jadilah saya susui Fiyya di ruang tunggu, tidak lama kemudian Fiyya tertidur lelap di gendongan saya.

Tibalah waktu boarding, tiba-tiba pegumuman ganti gate dari gate 6 jadi gate 2, lari-lari lah kami takut ketinggalan pesawat :D. Jadilah bangun si anak dalam gendongan. Bising mesin pesawat sebelum masuk terdengar sangat keras, sehingga saya memakaikan earmuff di telinga Fiyya. Sampai di dalam pesawat, pramugari kembali menanyakan usia Fiyya, lalu mempersilakan kami mencari tempat duduk setelah kami menjawab. Kami kemudian mencari tempat duduk dan segera menghempaskan diri ke tempat duduk, lelah hehe. Anak bayi mulai melihat sekeliling, memegang benda dan layar di bagian belakang kursi depan. Tidak lama kemudian, datang pramugari membawa dan menjelaskan cara menggunakan sabuk pengaman khusus bayi dan anak. Sesaat sebelum take off, Fiyya justru mulai risih dengan earmuff. Saya memutuskan melepasnya dan menyusuinya saja saat take off. Alhamdulillah Fiyya tidur selama perjalanan Jakarta-Kupang, hanya bangun dua kali minta disusui

Sampai di bandara El Tari Kupang, kami segera ke tempat check-in pesawat ke Bajawa. Ternyata oh ternyata masih tutup, dan tidak ada tempat duduk di ruangan tersebut. Jadilah saya gendong-gendong Fiyya, sampai akhirnya saya minta suami mengambil troli untuk duduk. Fiyya mulai rungsing, dia mulai lapaaaar, segera saya suapi pisang dan Fiyyapun kembali ceria :). Akhirnya setelah menggeje sekitar 1,5 jam kami bisa check-in. Hal yang pertama ditanyakan oleh emak rempong adalah "Dimana ruang menyusui?", dijawablah oleh petugas. Saya kemudian bergegas ke ruang menyusui. Mata saya berbinar melihat ruang menyusui dari luar nampak besar, tapi kemudian saya patah hati ketika membuka pintu. Ruangan yang besar itu terasa panas, seingat saya hanya ada satu kursi dan satu tempat tidur bayi. Saya mengurungkan niat mengganti baju Fiyya di situ. Semoga kedepannya fasilitas ruang menyusui bisa lebih baik.

Setelah ganti baju, Fiyya diajak berkeliling oleh ayahnya, sedangkan saya sarapan dulu, maklum busui, jadi isi gentong dulu. Tibalah saatnya boarding setelah 1,5 jam menunggu. Pesawat di El Tari sebagian besar merupakan pesawat baling-baling sehingga sangat bising, tapi Alhamdulillah Fiyya yang sedang tidur tidak terganggu. Fiyya justru terbangun ketika masuk pesawat karena di dalam pesawat panas, mungkin AC belum dinyalakan. Di awal perjalanan, Fiyya agak rewel karena posisinya mungkin kurang nyaman, akhirnya saya buka sabuk pengamannya. Beberapa saat setelah disusui, Fiyya tertidur hingga landing di bandara Soa, Bajawa.

Sesampainya di bandara Soa, kami menunggu bagasi, kemudian segera naik travel ke kota. Sampailah kami di kota Bajawa yang mungil nan sejuk. Fiyya kemudian beristirahat di kos teman Ayahnya. Fiyya nampak senang visa berguling-guling di kasur, mungkin ia bosan duduk. Algandulillah udara yang sejuk membuat Fiyya riang dan tidak uring-uringan. Mungkin karena hampir sama dengan Bandung, Fiyya jadi tidak perlu sulit beradaptasi.

Begitulah cerita kami membawa bayi terbang menggunakan pesawat. Alhamdulillah terbilang sukses dan lancar. Ada beberapa tips yang mungkin bermanfaat seperti sebagai berikut:
A. Sebelum Berangkat
> Pilih penerbangan yang sesuai dengan jam tidur bayi agar selama perjalanan bayi tidur.
Packing tas bayi yang berisi sekurang-kurangnya : pospak min.2, kantong keresek untuk pospak bekas, minyak telon, tisu basah, wash lap, handuk kecil, baju ganti 2 set, mainan bayi, baju dan kerudung ibu 1 set, kupluk/ kerudung, jaket/ selimut.
> Pilih gendongan yang ergonomis.
> Pada saat membeli earmuff, coba pasangkan pada anak, pilih yang membuat anak merasa nyaman.
> Makan dan minum cukup agar ASI lancar.
> Jika bayi minum sufor, siapkan botol yang sudah diisi susu, air panas bisa minta pada pramugari atau membawa termos kecil.
B. Saat di Bandara
> Saat check-in mintalah tempat duduk dekat lorong agar jika harus ke kamar mandi tidak mengganggu penumpang lain.
>  Bawalah tas berisi peralatan ganti popok kemanapun kamu dan bayi pergi.
> Ajaklah anak berjalan-jalan agar tidak bosan saat menunggu dan agar 'agak cape' supaya tidur di pesawat.
> Tanyakan letak ruang menyusui pada petugas, biasanya ruang menyusui nyaman untuk menghabiskan waktu.
> Bawa apron, untuk berjaga-jaga jika ruang menyusui kurang memadai.
> Jika harus transit dalam waktu lama, manfaatkan waktu transit untuk makan, jika di pesawat tidak memungkinkan untuk menyuapi bayi.

C. Di dalam Pesawat
> Bawa tas bayi yang berisi peralatan 'darurat' ke kabin, dan letakkan di tempat yang mudah dijangkau seperti di bawah kursi.
> Minta permakluman pada oenumpan di samping, depan, dan belakang, kalau-kalau bayi kita rewel.
> Buat bayi merasa nyaman, saat kabin dingin pakaikan jaket/ selimut, jika panas buka jaket/ selimut, kipasi bayi.
> Pakaikan earmuff untuk  mengurangi bising dan perubahan tekanan yang menyebabkan telinga tidak nyaman.
> Jika bayi tidak mau memakai earmuff, jangan dipaksa! Daripada nangis dan merusak mood bayi, ibu, dan penumpang lain.
> Susui bayi saat take off dan landing
> Pakaikan sabuk pengaman bayi dengan baik.


D. Turun dari Pesawat
> Jangan terburu-buru untuk turun, tunggu hingga penumpang lain turun sehingga lebih leluasa untuk membawa bayi dan berbagai tentengan.
> Pastikan semua bawaan terutama kebutuhan bayi tidak tertinggal.

Alhamdulillah selesainjuga ceritanya hehe.. Semoga pengalaman kami bisa dijadikan pelajaran dan tipsnya berguna bagi keluarga petualang :)