Sabtu, 16 Januari 2016

Cerita Istri Dokter PTT : Packing-Unpacking Bawaan Bagasi dan Cargo

Hai istri-istri petualang, sesuai janji saya di tulisan sebelumnya saya akan mengupas tuntas perkara barang bawaan saya ke Bajawa dalam rangka ikut suami PTT. Secara garis besar, barang kami dibawa dengan memanfaatkan bagasi dan kabin pesawat, serta menggunakan jasa cargo. Kenapa pakai cargo? karena teman suami yang terbang lebih dulu kena tambahan biaya bagasi sampai 200ribuan, bahkan ada yang sampai 1jutaan karena lebihnya kebanyakan. Selain itu biaya pengiriman via J*E terbilang mahal, dari Bandung ke Bajawa 58rb. Bisa habis di pengiriman barang uangnya, sayang kaan.

Saya bahas mulai dari bawaan di pesawat dulu ya. Barang bawaan di pesawat dibagi menjadi dua yaitu bawaan di kabin dan di bagasi. Rata-rata maskapai penerbangan domestik ekonomi membatasi maksimal bawaan kabin berupa satu tas dengan dimensi tidak lebih dari panjang 50an cm, lebar 20an cm, dan tinggi 30an cm, dengan berat maksimal 5-7kg tergantung besar kecilnya pesawat, serta satu tas tangan atau tas laptop. Aturan lainnya dari beberapa maskapai bisa dibaca di sini ya : Garuda, Lion Air Group, Citilink, Kalstar, Transnusa. Barang apa saja yang kami bawa di kabin? Ada 5 gembolan hehe, yaitu:
1. Tas punggung yang berisi :
 laptop, charger, power bank,  jas dokter, alat pemeriksaan (stetoskop, spigmo, dll), buku-buku kedokteran, payung, dokumen asli dan fotokopi, dan alat BHD. Beratnya lebih dari 7kg karena laptop yang dibawa ada dua (maafkan yaa maskapaiii :D ), mau gimana lagii, bingung mau ditaro dimana kaan.
2. Tas bayi besar yang berisi:
baju bayi, gendongan sling, selimut, bantal,handuk, alat tempur mp-asi (saringan, mutu, mangkok, wadah-wadah kecil). Sebetulnya tas bayi besar ini benar-benar untuk memanfaatkan jatah bawaan kabin alias supaya bagasi ga kelebihan beban. Jadi selain difungsikan sebagai tas bayi, ada juga bawaan saya seperti mukena, quran, bedak dan lipbalm.
3. Tas bayi medium yang berisi :
tas bayi kecil, pospak 5 pcs, hand sanitizer, handuk kecil, baju ganti lengan panjang 1 set, lengan pendek 1 set, minyak telon ukuran kecil, tisu basah, tisu kering, paracetamol drop, (anak saya demam pagi sebelum ke bandara), earmuff, kerudung bayi, kupluk, kerudung saya, dan keresek untuk pospak bekas 5 buah.
4. Tas makanan bayi, yang berisi:
pisang 5 buah, air mineral 1 botol, sendok bayi 3 buah, slabber 2 buah, sippy cup, keresek 2 buah, dan cemilan buat saya hehe..
5. Tas kamera, yang berisi:
kamera, charger, lap microfiber

Nah itu barang yang dibawa di kabin, nampak banyak ya? Tapi kalo udah digembol mah ga begitu repot, apalagi anak bayi digendong pake ergo. Teruuus, apa aja yang dimasukkan bagasi? Meskipun penerbangan pertama dapet jatah 20kg per orang atau 40 kg, sayangnya penerbangan kedua cuma dapet 20 kg untuk berdua, jadilah harus pilih-pilih supaya beratnya ga lebih dari 20 kg. Oia, untuk bayi ga dapet jatah bagasi, sebetulnya perlu dipertimbangkan maskapai nih supaya bayi dapet bagasi, minimal 5 kg lah yaa, secara barang bayi kan banyak. Bikin petisi aja apa? Hehe.. Kembali ke topik, bawaan kami di bagasi diutamakan yang akan dipakai selama menunggu cargo datang, kurang lebih 1 minggu setelah kami sampai Bajawa. Barang-barang tersebut dipak dalam 2 tentengan, yaitu:
1. Koper ukuran medium, yang berisi :
baju suami, baju saya, wadah untuk masakan 2 set, selimut, handuk, sprei, gembok, sarung, lap mikrofiber, spons cuci piring, alat jahit (benang dan jarum), obat pribadi, gunting, gunting kuku, peniti, terminal, lap pel, keresek sampah, sabun mandi dan cuci kemasan kecil (sabun 100 ml, shampo 100ml, sabun cuci sachet 2 bungkus, softener sachet 2 bungkus, sabun cuci piring refill kecil, pembersih lantai 2 sachet, sabun bayi 2 in 1 100ml,  sabun cuci baju bayi kemasan travel ada tuh yang keluaran k*no, softener baju bayi dan sabun cuci piring bayi dikemas di botol kecil bekas air zam-zam), sikat gigi dan pasta gigi kecil.
2. Dus yang berisi :
rice cooker, piring dan sendok melamin 2 buah, wadah nasi dan lauk jepit jemuran, pisau, sendok dan garpu @3 pcs, ban mandi, pompa, sepatu kerja, sendal jepit, dan sleeping bag.

Setelah bongkar keluar masuk barang diperolehberat akhir 20kg lebih sedikit, pas ditimbang di bandara beratnya 20,9kg dan Alhamdulillah ga kena tambahan biaya bagasi.. *sorak-sorai*. Barang-barang tersebut semuanya terpakai, bisa dibilang sukses lah pilih barangnya, ga lebay hehe. Malahan ada beberapa yang ujung-ujungnya harus beli di sini, seperti minyak goreng, garam, gula, soalnya cargonya ga dateng-dateng.

Dari pengalaman saya, inilah tips dan trik membawa bawaan di pesawat:
>Patuhi peraturan yang ditetapkan, misalnya maksimal berat bagasi, ga boleh bawa benda tajam di kabin, cairan boleh dibawa di bagasi dengan wadah dan isi maksimal 100 ml per wadah serta 1L per orang, dsb.
> Masukkan bawaan cair ke dalam wadah plastik yang ada zippernya, untuk mencegah luber ketika bocor.
> Investasikan uang untuk membeli timbangan koper, beli yang murce ada yang 50-100ribu.
> Manfaatkan jatah kabin, lumayan looh 7 kg per orang, tinggal pastiun aja bawaannya bisa diselipin di bawah atau masuk ke kompartemen atas.
> Bawa barang yang akan digunakan untuk 1 minggu.
> Gulung baju-baju dan kareti, untuk pakaian dalam kemrin saya lipat kecil dan dihimpun menjadi satu menggunakan karet, bisa juga dimasukkan ke plastik, atau kalau mau kerenan dikit pake organizer lah.
> Satukan barang-barang kecil seperti gunting kuku, ikat rambut, dsb dalam kotak atau wadah kecil.

Sekarang, mari bahas mengenai cargo. Mencari cargo yang bisa membawa barang ke Bajawa bukan perkara mudah. Awalnya saya mencari pengangkutan dari Jakarta dengan asumsi ada Tanjung Priok di sana, jadi bisa bawa pakai kapal. Didapatlah 3 cargo terpilih, saya telepon satu per satu. Kisaran harganya 6000-6500 per kg, tapiiii minimal pengangkutan 150kg bahkan ada yang minimal 1 truk yang artinya plus minus 3 ton. Kami pikir pengiriman dari Jakarta kurang efektif dan efisien, karena kami masih harus angkut barang dari Bandung ke Jakarta. Kemudian, teman suami menyarankan untuk bertanya ke cargo di sekitar stasiun (di belakang RS Santosa). Pencarian pun dimulai, suami mendatangi satu per satu (saya di mobil karena saat itu hujan). Alhamdulillah pencarian di tengah hujan berbuah manis, ada satu cargo bisa mengirim ke Bajawa dengan biaya 9500 per kg.

Cargo bisa dibilang sudah dapat, tapi apa masalah selesai sampai di situ? Oh tentu tidak :) Ternyata oh ternyata minimal pengiriman 100 kg. Kurang dari itu bisa jadi ga diangkut atau bisa jadi mau biayanya tetap 950rb walaupun kurang dari 100kg. Sayang kaaan, jadilah kami memutuskan belanja kebutuhan satu tahun di Bandung, lalu dikirim via cargo. Berat sih, karena uang rasanya terkuras habis, tapi gimana lagi? Nah supaya belinya sesuai kebutuhan, kami membuat list barang apa yang harus dibawa, dipilih mana yang sudah punya (tinggal bawa), mana yang harus dibeli di Bandung, dan mana yang dibeli di Bajawa. Untuk menentukan jumlah barang habis pakai dalam setahun saya hitung-hitungan berapa kebutuhan sabun, sabun cuci, pospak, minyak, gula, dan sebagainya. Nah, untuk barang yang dibeli di Bajawa jenisnya yang pecah belah seperti piring, gelas, termos. dll. Daripada dibawa dari Bandung trus pecah kan rugi *emak emoh ruhi banget. Barang-barang tersebut kami pak dalam 10 dus berbagai ukuran. Berikut barang bawaan yang kami kirim menggunakan cargo:

1. Keperluan solat : sajadah, sarung, mukena
2. Keperluan mandi dkk: ember, sabun mandi botol dan refill dewasa, shampo, pasta gigi, sikat gigi, handuk, deodoran, pisau cukur+refill, gayung
3. Keperluan masak : panci, wajan, sutil, ceumpal, kompor, rak piring, kukusan, beras, oat, spagethi, minyak, gula, garam, bumbu-bumbu, terigu, kecap, saos, sambal, keju, margarin, ener*en, kacang hijau, nutri*ari, bumbu pecel, teh, santan, centong, sendok sayur, cuntang
4. Keperluan tidur : kasur palembang, selimut, sprei, bantal, kain bali
5. Keperluan makan : mangkok melamin, sendok, garpu, wadah lauk, wadah bekal, wadah minum,
6. Alat rumah tangga : pompa galon, lap mikrofiber, lap kain, karpet, jam, lemari lipat, kemoceng, palu, obeng, selotip listrik, selotip keran, tempat sampah bertutup, container, keset, tisu, kanebo
7. Keperluan cuci dan pel : kain pel, cairan pembersih lantai, tali jemuran, jemuran baju bayi, sikat baju, jepit jemuran
8. Keperluan cuci piring : spons cuci piring, sabun cuci piring botol dan refill, rak piring
9. Keperluan khusus bayi : sabun mandi 2 In 1 botol dan refill, pisau, talenan, panci, piring, potty training, sikat gigi, mainan, selimut, soft book, karton gambar, pospak, bando, balon mandi dan pompa, pelampung, minyak telon, cologne, high chair, sabun cuci piring, sabun cuci, softener, KMS dan buku catatan kesehatan, termometer
10. Lain-lain : lampu emergency, baterai, senter, sepatu sendal cantik, gembok, oleh-oleh Bandung, kapstok, payung, lilin, korek api, keresek kecil, keresek sampah, pembalut
11. Baju-baju
12. Hobi dan hiburan : kain flanel dan alat jahit, stik laptop, carrier, sepatu gunung, speaker, buku bacaan
13. Alat tulis, stapler+isi, klip, spidol, penggaris, kalender
14. Obat-obatan : pereda rasa sakit, penurun panas, obat batuk, obat maag, betad*ne, kasa steril, tetes mata, bioplas*nton, plester, obat alergi, vitamin.
Maaf berantakan, udah pusing mindahin dari Excel heu. Banyak banget kaan, kaya mau pindahan rumah (lha emang hehe). Packingnya pada awalnya disesuaikan kategori, tapi ujung-ujungnya slasab sleseb sih ngisi kekosongan kardus biar si kardus seseg alias penuh berisi.

Oia tentang cargo ini sempat ada 'drama', saya kan ga ikut ke kantor cargo, suami berangkat sendirian. Di kantor cargo, barang bawaan kami diukur volumenya dengan alasan barang per kolinya ringan. Muncullah angka 200an kg, protes dong suami saya. Akhirnya teleponlah ke pemilik cargo, dan ditimbanglah barang-barang itu pakai timbangan beras. Voila, ternyata barang kami 150an kg, secara segala dimasukin sih.Over budget deh, tapi Alhamdulillah ada rezekinya.

Pengiriman menggunakan cargo diestimasikan 2 minggu, tetapi karena ada libur panjang di akhir Desember, jadilah barang kami sampai sekitar 3 minggu. Saat datang, kondisi beberapa kardus penyok, ada juga yang lapisan trash bagnya sobek. Alhamdulillah semua barang kami termasuk yang elektronik sampai dengan selamat.

Nah, yang mau pakai cargo saya bekelin tips dan trik packing cargo (hihi baru sekali aja udah sok-sokan, gapapa yaa berbagi):
> Tarik nafas panjaaaaang, packing cargo akan cukup melelahkan, terlebih ada bayi yang masih sangat ketergantungan sama ibunya. Kemarin kami packing sekitar 2 hari, tentu tidak seharian, memasukkan barang kurang lebih 10-15jam, wrapping dus menggunakan trash bag sekitar 2-3 jam. Itu dengan bantuan ibu saya, kalau engga mungkin bisa lebih dari itu.
> Pastikan harga cargo per kg adalah netto, tidak ada biaya tambahan lain seperti biaya angkut dan merupakan biaya berbasis berat, bukan volume.
>Barang elektronik di-bubblewrap-in, murah koook di balubur cuma 7500 aja per meternya, di cibadak juga ada tapi ga tau harganya berapa. Jangan lupa masukkan ke dus aslinya. Daripada rusak sampai tempat tujuan, iya kaan?
> Biar ga kena hitungan volume, sebaiknya yang bisa dipacking pake karung seperti baju-baju packing pake karung aja.
> Kalau butuh dus, minta ke toko peralatan rumah tangga, swalayan, toko di pasar. Kalau kami sih sekalian beli di tokonya jadi ga malu mintanya hehe. Kalau nyengaja beli dus, meskipun di tukang loak bisa dihargai 5-10ribu per dus.
> Masukkan barang ke plastik sebelum dimasukkan ke karung atau dus untuk menghindari ambrol dan kebasahan.
> Melakban dus jangan cuma satu kali. minimal dua kali lah.
> Gunakan lakban bening, lakban yang cokelat menurut kami daya rekatnya kurang baik (eh apa kami belinya yang murah ya? :D )
> Lapisi bagian bawah-dalam (alas) dus dengan dus lain yangdilipat sesuai ukuran alas, supaya ga ambrol isinya.
> Lapisi karung atau kardus menggunakan trash bag atau kantong plastik yang besar dan kuat.
> Beri solatip pada tutup shampo, sabun, sabun cuci, supaya ga terbuka dan luber.
> Kalau di rumah ada kotak-kotak container dan tray plastik bawa! Supaya penyimpanan di tempat kos atau kontrakan nanti lebih rapi.
> Pisahkan persabunan dengan makanan, supaya ga kontaminasi kalau pahit-pahitnya ada yang bocor.
> Packing barang elektronik bersama barang yang empuk seperti bantal atau selimut.
> Lapangkan hati dan ikhlas menerima kalau ada barang yang rusak, soalnya dari pas naikin ke jemputan juga udah diguling-gulingin kardusnya. Kabarnya sih di kapal juga begitu, bahkan dilempar-tangkap.

Saya tambahin tips unpacking bawaan yaa.. Tips dari saya sebagai berikut :
> Sebelum membongkar, pastikan ada ruangan untuk menyimpan barang, seperti sudah ada lemari untuk baju, atau meja dapur untuk peralatan dapur. Jangan diabrul-abrul hehe.
> Gunting trash bag di sisi kardus yang akan dibuka saja (misalnya bagian atasnya saja) jangan dirobek atau digunting seluruhnya, siapa tau mau pindahan lagi atau dusnya mau dipakai kirim balik ke kampung halaman, tinggal nambah sedikit kan trash bagnya.
> Keluarkan barang yang terpakai, segera tata.
> Himpun barang yang belum akan terpakai dalam waktu dekat menjadi satu, lipat dus yang tidak terpakai lalu simpan agar bisa dipakai kembali.
> Kalau kamu cukup kreatif, dus bisa digunakan sebagai meja, pastikan bagian atasnya rata, lalu tutup dengan kain sebagai taplak. Lumayan, daripada beli meja baru hehe. Saya pakai meja-mejaan ini untuk menyimpan buku-buku dan masakan yang sudah jadi hehe.

Alhamdulillah, sampai juga di penghujung tulisan. Cape ya bacanya? Semoga dimengerti dan bermanfaat.Foto-foto nanti diupdate deh Insya Allah. Salam petualangan!

Rabu, 13 Januari 2016

Cerita Istri Dokter PTT : Persiapan PTT ke Bajawa, NTT

Tik tok tik tok..
Akhirnya sampai juga di penghujung minggu (dibaca : tengah minggu selanjutnya). Saya dan suami bertekad bisa menulis minimal 1 tulisan per minggu selama di Bajawa (dan mudah-mudahan seterusnya). Susah payah nih buat bisa ngepost. Bukan karena sinyal, tp karena lupa password dan draftnya kehapus hehe..

Apa yang cocok dikisahkan minggu ini? Saya memilih mulai dari menceritakan persiapan ikut suami PTT yaa..

Siapakah saya? Saya adalah istri dokter umum PTT per Januari 2016 di RSUD Bajawa, Kab. Ngada, NTT. Menjadi istri dokter, beranak satu yang -saat tulisan dibuat- masih 7 bulan, ikut PTT tidaklah mudah, tapi sejauh (red: satu minggu) ini tidak terlalu sulit (semoga seterusnya begitu, Aamiin). Apa yang saya persiapkan?

1. Hati
Dasar ya, ibu-ibu 'baperan' urutan satunya hati :p. Eh tapi ini memang harus disiapkan. Niat di hati harus lurus, mengharap keridhaan Allah, jalannya ya ikut dan melayani suami. Kalau istri ikut insyaAllah suami lebih tenang, baik pikirannya, perasaannya, maupun perutnya. Ini juga berlaku buat istri sih, kan deket suami mah jadi tenang kan yaa.
Saya pada dasarnya paling ga kuat LDR, hehe. Jadi ibaratnya kemana suami melangkah, saya jadi bayangannya. Selama masih bisa dijangkau, insyaAllah turut serta.

2. Informasi daerah tujuan PTT
Informasi yang diperlukan mencakup kondisi geografis, cuaca, kondisi masyarakat, ketersediaan bahan bakar (bensin, gas, minyak tanah), listrik, ketersediaan air, sinyal HP dan akses internet, akses kesehatan, harga kebutuhan, transportasi (menuju ke dan selama di sana). Informasi tersebut penting untuk menentukan barang bawaan, dan menyiapkan diri.
Informasi zaman sekarang bisa diakses via internet, pastikan memilih keyword yang tepat.. Tapiii jangan lupakan informasi dari orang yang udah lebih dulu tinggal di sana, bisa ke temen PTT yang sebelumnya, atau kenalan sama orang via FB (ini agak sksd sih, tapi menurut pengalaman saya ini berguna, halo Mba Nasa, halo pak Fajri *kenalan via FB nih*). Kalau bisa jauh-jauh hari cari infonya, bahkan dari sebelum menentukan mau daftar PTT.

Bajawa ini menurut review blogger, merupakan kota yang berada di pegunungan (1100 mdpl), jadi hawanya sejuk sampai dingin. Nah, diperkuat sama temen-temen suami yang lebih dulu PTT, di Bajawa dingiiiin banget, jadilah diwanti-wanti bawa jaket tebel, kupluk, sarung tangan, terutama buat anak bayi kecil lucu. Awalnya sih agak gak percaya, apalagi sebagai orang Bandung yang hawanya juga sejuk, tapiii pas udah tinggal semingguan di sini ternyata emang dingin kalau malem. Kata Mama (ibu kos) sih ini dinginnya belum seberapa, Juli-Agustus lebih dingin lagi. Semoga kuaaaat..
Masyarakat di sini mayoritas Katholik, jadi sebagai muslim harus bisa menerapkan toleransi beragama. Masih menurut review blogger, masyarakat Bajawa ramah, meskipun bagi orang Jawa, suaranya terkesan seperti orang marah padahal engga. Hal itu terbukti setelah sampai ke sini. Orang pribumi yang pertama kali kami temui adalah Om Ronald, penyedia transport Bandara-kota Bajawa, dari luar sangar tapi baik hati dan ramah.

Ketersediaan bahan bakar di sini tentunya ga seperti di Jawa, hasil intip IG mbak Nasa, di sini cuma ada 2 pom bensin besar yang ramai terlebih kalau musim angin. Gas untuk memasak langka dan mahal, masyarakat termasuk pedagang makanan biasanya memasak menggunakan kompor minyak tanah.

Listrik di daerah PTT kabarnya suka byar pet, apalagi yang di pelosok alias daerah sangat terpencil (ST). Listrik di Bajawa katanya lumayan stabil, tapi kalau musim angin bisa mati sampai 10-20 kali, karena menurut penuturan narasumber di sini masih pake genset tua yang kalo kena angin bisa masuk angin hehehe.

Air adalah sumber daya alam yang penting, apalagi saya membawa serta bayi yang suka kotor di waktu yang ga bisa di duga, bajunya harus rajin ganti, dan sebagainya. Dulu ada iklan sebuah produk dengan tag line "Sumber air su dekat", jadi merasa aman perihal air, tapii katanya di bulan-bulan tertentu air digilir dari PDAM-nya, jadilah harus siap-siap nampung. Air ini juga digunakan sebagai pertimbangan utama dalam memilih kosan atau kontrakan.

Sinyal HP adalah hal yang penting buat berkabar dengan keluarga di Jawa. Akses internet ga kalah penting apalagi buat saya yang dikit-dikit searching di simbah go*gle dan para eyang yang kangen cucu pengennya video call hehe  Provider yang jago sampai pelosok sih biasanya Tel**msel, kaya di Bajawa ini sinyalnya bisa sampai 3G.

Walaupun ceritanya ikut PTT suami yang notabene dokter, akses ke sarana kesehatan juga harus tetap diketahui, apaagi kalau bawa anak, ada ga-nya dokter anak dan obat-obatan khusus anak wajib tau.
Harga kebutuhan tentu menjadi perhatian bagi para bendahara keluarga ya. Gimana engga, mempengaruhi asap dapur dan tebal tipis dompet hehe.. Konon harga kebutuhan di sini 2-3 kali lipat di Jawa, maklum lah tiket pesawat mahal, transportasi via laut juga harus melalui beberapa pelabuhan. Setelah sampai di sini, saya mendapati beberapa barang memang mahal, tapi untuk sayur mayur dan hasil bumi relatif hampir sama.

Transportasi menuju dan selama di kota tujuan PTT (atau dinas lain), juga harus diperhatikan termasuk harga/tarifnya. Bajawa punya bandara kecil yang namanya bandara Soa. Meakipun kecil Bajawa jadi bisa dijangkau menggunakan pesawat. Sependek pengetahuan saya (karena asal kami dari Bandung), pesawat yang mendarat di Bajawa berasal dari Kupang atau Labuan Bajo. Jadi dari Jakarta bisa ambil rute Jakarta-Kupang-Bajawa atau Jakarta-Denpasar-Labuan Bajo-Bajawa, dari Bandung pun kemarin sih yang pas jadwalnya Bandung-Denpasar-Labuan Bajo-Bajawa. Rute kedua (yang dua kali transit) relatif lebih mahal. Tiket ke Bajawa berkisar 2jutaan per orang. Maskapai yang melayani sampai bandara besar sih banyak, tapi yang sampai ke Bajawa cuma Wings Air, TransNusa, dan katanya Februari mau ada Garuda kecil, semuanya pesawat baling-baling. Transportasi antar kota menggunakan bis kecil atau kalau di Jawa mah semacam Elf atau bis cebong, nah kalau dalam kotanya agak repot sih, transportasi umumnya ojeg.

3. Mental
Informasi yang didapat tentunya aakn ngaruh dong yaa sama mental. Sebagai istri yang bermental baja harus siap sama kemungkinan terburuk seperti mati listrik, air susah, dan sebagainya. Belum lagi kalau ditinggalin malem-malem berdua sama anak doang buat jaga malam, kudu setrooong ceunah. Kekuatan mental mah diasah sih ya, kaya pisau hehe. Jadi pertama modal niat, jalani, dan minta dikuatin sama suami.

Ga cuma itu, kita juga harus punya sikap mental yang baik (istilah apa pula ini?), intinya harus ramah, sopan santun, bisa berinteraksi sama tetangga lah minimal. Jangan kuper! Sebagai orang baru harus berani nanya-nanya. Termasuk mental ga sih ini ? Hehe.. Yaa apapun lah, pemerintah aja boleh pake istilah Revolusi Mental, ya kan? #ups

4. Fisik
Daerah PTT ga jarang merupakan daerah yang ga se-ngota homebase, jadi transportasi juga mungkin akan lebih sulit. Di tempat saya sih begitu, jadilah kemana-mana jalan kaki. Selain itu karena cuma berduaan sama suami, plus anak, jadi harus siap apa-apa sendirian. Nah, untuk menjamin fisik yang kuat ini makan yang teratur, tidur yang cukup, dan olah raga. Apa saya lakukan ketiganya? Jawabannya engga hehe. Akibatnya yaa lumayan nyesel. Jujur aja pas mau berangkat makan dan tidur jadi berantakan karena packing-packing barang. Olah raga? Ga sempeeet *ga nyempetin sih heu. Terus sekarang gimana? Tetep weh belum olah raga rutin haha, jangan ditiru ah!

5. Keuangan/ Dana
PTT butuh biaya yang ga sedikit. Setidaknya untuk dana awal sebelum gajian lah. Bagi yang keberangkatan PTTnya tidak ditanggung pemerintah, otomatis rogoh saku sendiri dong, kirim barang atau bayar kelebihan bagasi, belum lagi untuk sewa rumah/ kos kalau ga ada rumah dinas, dan biaya hidup selama PTT. Mau ga mau harus bobol tabungan, korek celengan ayam, dan cari sumber dana. Tapi jangan takut, insyaAllah ada aja jalan dari Allah buat hal satu ini. 

6. Barang bawaan
Nah ini nih yang ceritanya ga bisa habis dalam satu tulisan hehe. Barang bawaan apalagi bawa anak kecil tuh hmmmmm sedaaap. Apalagi kalau daerah PTTnya ga begitu ngota, harus bawa semua prentilan dari kampung halaman. Tentang barang bawaan nanti ditulis tersendiri deh. Intinya sih bawaan kami dibagi menjadi dua: dibawa di pesawat dan dikirim pakai cargo. Bawaan yang dibawa di pesawat yang sekiranya dibutuhkan dalam 1 minggu pertama, sedangkan yang dikirim cargo yang dibutuhkan kemudian dan persediaa. setahun. Kenapa pakai cargo? Untuk menghindari overcapacity bagasi+kabin pesawat yang cuma 17kg per orang, maklum kan naik pesawat baling-baling.

7. Dukungan keluarga
Last but not least nih dukungan keluarga dari kedua belah pihak, baik saya maupun suami. Latar belakang keluarga besar saya yang sudah biasa merantau membuat orang tua bisa dibilang ga terlalu berat melepas anak-anaknya. Tapi tetep aja berat mah berat, apalagi cucu kesayangan lagi lucu-lucunya. Lain hal-nya dengan keluarga suami, Ayah suami kondisinya sedang kurang sehat, jadilah terasa lebih berat baik untuk keluarga maupun untuk suami. Alhamdulillah Ayah suami ridho dan kakak-kakak juga mendukung keberangkatan, jadi tenang meninggalkan keluarga di tanah Jawa.
Sebisa mungkin luangkan waktu untuk Family Time, apalagi kalau berniat ga pulang dalam setahun. Tak ketinggalan silaturahim ke saudara-saudara minta doa restu.  Semoga keluarga di Jawa dan kami di Bajawa selalu sehat dan ada dalam lindungan Allah SWT.

Loh loh loh, panjang juga yaa.. Kirain bakal sedikit hahaha.. Gapapa lah, semoga bermanfaat. Salam Petualangan!