Rabu, 13 Januari 2016

Cerita Istri Dokter PTT : Persiapan PTT ke Bajawa, NTT

Tik tok tik tok..
Akhirnya sampai juga di penghujung minggu (dibaca : tengah minggu selanjutnya). Saya dan suami bertekad bisa menulis minimal 1 tulisan per minggu selama di Bajawa (dan mudah-mudahan seterusnya). Susah payah nih buat bisa ngepost. Bukan karena sinyal, tp karena lupa password dan draftnya kehapus hehe..

Apa yang cocok dikisahkan minggu ini? Saya memilih mulai dari menceritakan persiapan ikut suami PTT yaa..

Siapakah saya? Saya adalah istri dokter umum PTT per Januari 2016 di RSUD Bajawa, Kab. Ngada, NTT. Menjadi istri dokter, beranak satu yang -saat tulisan dibuat- masih 7 bulan, ikut PTT tidaklah mudah, tapi sejauh (red: satu minggu) ini tidak terlalu sulit (semoga seterusnya begitu, Aamiin). Apa yang saya persiapkan?

1. Hati
Dasar ya, ibu-ibu 'baperan' urutan satunya hati :p. Eh tapi ini memang harus disiapkan. Niat di hati harus lurus, mengharap keridhaan Allah, jalannya ya ikut dan melayani suami. Kalau istri ikut insyaAllah suami lebih tenang, baik pikirannya, perasaannya, maupun perutnya. Ini juga berlaku buat istri sih, kan deket suami mah jadi tenang kan yaa.
Saya pada dasarnya paling ga kuat LDR, hehe. Jadi ibaratnya kemana suami melangkah, saya jadi bayangannya. Selama masih bisa dijangkau, insyaAllah turut serta.

2. Informasi daerah tujuan PTT
Informasi yang diperlukan mencakup kondisi geografis, cuaca, kondisi masyarakat, ketersediaan bahan bakar (bensin, gas, minyak tanah), listrik, ketersediaan air, sinyal HP dan akses internet, akses kesehatan, harga kebutuhan, transportasi (menuju ke dan selama di sana). Informasi tersebut penting untuk menentukan barang bawaan, dan menyiapkan diri.
Informasi zaman sekarang bisa diakses via internet, pastikan memilih keyword yang tepat.. Tapiii jangan lupakan informasi dari orang yang udah lebih dulu tinggal di sana, bisa ke temen PTT yang sebelumnya, atau kenalan sama orang via FB (ini agak sksd sih, tapi menurut pengalaman saya ini berguna, halo Mba Nasa, halo pak Fajri *kenalan via FB nih*). Kalau bisa jauh-jauh hari cari infonya, bahkan dari sebelum menentukan mau daftar PTT.

Bajawa ini menurut review blogger, merupakan kota yang berada di pegunungan (1100 mdpl), jadi hawanya sejuk sampai dingin. Nah, diperkuat sama temen-temen suami yang lebih dulu PTT, di Bajawa dingiiiin banget, jadilah diwanti-wanti bawa jaket tebel, kupluk, sarung tangan, terutama buat anak bayi kecil lucu. Awalnya sih agak gak percaya, apalagi sebagai orang Bandung yang hawanya juga sejuk, tapiii pas udah tinggal semingguan di sini ternyata emang dingin kalau malem. Kata Mama (ibu kos) sih ini dinginnya belum seberapa, Juli-Agustus lebih dingin lagi. Semoga kuaaaat..
Masyarakat di sini mayoritas Katholik, jadi sebagai muslim harus bisa menerapkan toleransi beragama. Masih menurut review blogger, masyarakat Bajawa ramah, meskipun bagi orang Jawa, suaranya terkesan seperti orang marah padahal engga. Hal itu terbukti setelah sampai ke sini. Orang pribumi yang pertama kali kami temui adalah Om Ronald, penyedia transport Bandara-kota Bajawa, dari luar sangar tapi baik hati dan ramah.

Ketersediaan bahan bakar di sini tentunya ga seperti di Jawa, hasil intip IG mbak Nasa, di sini cuma ada 2 pom bensin besar yang ramai terlebih kalau musim angin. Gas untuk memasak langka dan mahal, masyarakat termasuk pedagang makanan biasanya memasak menggunakan kompor minyak tanah.

Listrik di daerah PTT kabarnya suka byar pet, apalagi yang di pelosok alias daerah sangat terpencil (ST). Listrik di Bajawa katanya lumayan stabil, tapi kalau musim angin bisa mati sampai 10-20 kali, karena menurut penuturan narasumber di sini masih pake genset tua yang kalo kena angin bisa masuk angin hehehe.

Air adalah sumber daya alam yang penting, apalagi saya membawa serta bayi yang suka kotor di waktu yang ga bisa di duga, bajunya harus rajin ganti, dan sebagainya. Dulu ada iklan sebuah produk dengan tag line "Sumber air su dekat", jadi merasa aman perihal air, tapii katanya di bulan-bulan tertentu air digilir dari PDAM-nya, jadilah harus siap-siap nampung. Air ini juga digunakan sebagai pertimbangan utama dalam memilih kosan atau kontrakan.

Sinyal HP adalah hal yang penting buat berkabar dengan keluarga di Jawa. Akses internet ga kalah penting apalagi buat saya yang dikit-dikit searching di simbah go*gle dan para eyang yang kangen cucu pengennya video call hehe  Provider yang jago sampai pelosok sih biasanya Tel**msel, kaya di Bajawa ini sinyalnya bisa sampai 3G.

Walaupun ceritanya ikut PTT suami yang notabene dokter, akses ke sarana kesehatan juga harus tetap diketahui, apaagi kalau bawa anak, ada ga-nya dokter anak dan obat-obatan khusus anak wajib tau.
Harga kebutuhan tentu menjadi perhatian bagi para bendahara keluarga ya. Gimana engga, mempengaruhi asap dapur dan tebal tipis dompet hehe.. Konon harga kebutuhan di sini 2-3 kali lipat di Jawa, maklum lah tiket pesawat mahal, transportasi via laut juga harus melalui beberapa pelabuhan. Setelah sampai di sini, saya mendapati beberapa barang memang mahal, tapi untuk sayur mayur dan hasil bumi relatif hampir sama.

Transportasi menuju dan selama di kota tujuan PTT (atau dinas lain), juga harus diperhatikan termasuk harga/tarifnya. Bajawa punya bandara kecil yang namanya bandara Soa. Meakipun kecil Bajawa jadi bisa dijangkau menggunakan pesawat. Sependek pengetahuan saya (karena asal kami dari Bandung), pesawat yang mendarat di Bajawa berasal dari Kupang atau Labuan Bajo. Jadi dari Jakarta bisa ambil rute Jakarta-Kupang-Bajawa atau Jakarta-Denpasar-Labuan Bajo-Bajawa, dari Bandung pun kemarin sih yang pas jadwalnya Bandung-Denpasar-Labuan Bajo-Bajawa. Rute kedua (yang dua kali transit) relatif lebih mahal. Tiket ke Bajawa berkisar 2jutaan per orang. Maskapai yang melayani sampai bandara besar sih banyak, tapi yang sampai ke Bajawa cuma Wings Air, TransNusa, dan katanya Februari mau ada Garuda kecil, semuanya pesawat baling-baling. Transportasi antar kota menggunakan bis kecil atau kalau di Jawa mah semacam Elf atau bis cebong, nah kalau dalam kotanya agak repot sih, transportasi umumnya ojeg.

3. Mental
Informasi yang didapat tentunya aakn ngaruh dong yaa sama mental. Sebagai istri yang bermental baja harus siap sama kemungkinan terburuk seperti mati listrik, air susah, dan sebagainya. Belum lagi kalau ditinggalin malem-malem berdua sama anak doang buat jaga malam, kudu setrooong ceunah. Kekuatan mental mah diasah sih ya, kaya pisau hehe. Jadi pertama modal niat, jalani, dan minta dikuatin sama suami.

Ga cuma itu, kita juga harus punya sikap mental yang baik (istilah apa pula ini?), intinya harus ramah, sopan santun, bisa berinteraksi sama tetangga lah minimal. Jangan kuper! Sebagai orang baru harus berani nanya-nanya. Termasuk mental ga sih ini ? Hehe.. Yaa apapun lah, pemerintah aja boleh pake istilah Revolusi Mental, ya kan? #ups

4. Fisik
Daerah PTT ga jarang merupakan daerah yang ga se-ngota homebase, jadi transportasi juga mungkin akan lebih sulit. Di tempat saya sih begitu, jadilah kemana-mana jalan kaki. Selain itu karena cuma berduaan sama suami, plus anak, jadi harus siap apa-apa sendirian. Nah, untuk menjamin fisik yang kuat ini makan yang teratur, tidur yang cukup, dan olah raga. Apa saya lakukan ketiganya? Jawabannya engga hehe. Akibatnya yaa lumayan nyesel. Jujur aja pas mau berangkat makan dan tidur jadi berantakan karena packing-packing barang. Olah raga? Ga sempeeet *ga nyempetin sih heu. Terus sekarang gimana? Tetep weh belum olah raga rutin haha, jangan ditiru ah!

5. Keuangan/ Dana
PTT butuh biaya yang ga sedikit. Setidaknya untuk dana awal sebelum gajian lah. Bagi yang keberangkatan PTTnya tidak ditanggung pemerintah, otomatis rogoh saku sendiri dong, kirim barang atau bayar kelebihan bagasi, belum lagi untuk sewa rumah/ kos kalau ga ada rumah dinas, dan biaya hidup selama PTT. Mau ga mau harus bobol tabungan, korek celengan ayam, dan cari sumber dana. Tapi jangan takut, insyaAllah ada aja jalan dari Allah buat hal satu ini. 

6. Barang bawaan
Nah ini nih yang ceritanya ga bisa habis dalam satu tulisan hehe. Barang bawaan apalagi bawa anak kecil tuh hmmmmm sedaaap. Apalagi kalau daerah PTTnya ga begitu ngota, harus bawa semua prentilan dari kampung halaman. Tentang barang bawaan nanti ditulis tersendiri deh. Intinya sih bawaan kami dibagi menjadi dua: dibawa di pesawat dan dikirim pakai cargo. Bawaan yang dibawa di pesawat yang sekiranya dibutuhkan dalam 1 minggu pertama, sedangkan yang dikirim cargo yang dibutuhkan kemudian dan persediaa. setahun. Kenapa pakai cargo? Untuk menghindari overcapacity bagasi+kabin pesawat yang cuma 17kg per orang, maklum kan naik pesawat baling-baling.

7. Dukungan keluarga
Last but not least nih dukungan keluarga dari kedua belah pihak, baik saya maupun suami. Latar belakang keluarga besar saya yang sudah biasa merantau membuat orang tua bisa dibilang ga terlalu berat melepas anak-anaknya. Tapi tetep aja berat mah berat, apalagi cucu kesayangan lagi lucu-lucunya. Lain hal-nya dengan keluarga suami, Ayah suami kondisinya sedang kurang sehat, jadilah terasa lebih berat baik untuk keluarga maupun untuk suami. Alhamdulillah Ayah suami ridho dan kakak-kakak juga mendukung keberangkatan, jadi tenang meninggalkan keluarga di tanah Jawa.
Sebisa mungkin luangkan waktu untuk Family Time, apalagi kalau berniat ga pulang dalam setahun. Tak ketinggalan silaturahim ke saudara-saudara minta doa restu.  Semoga keluarga di Jawa dan kami di Bajawa selalu sehat dan ada dalam lindungan Allah SWT.

Loh loh loh, panjang juga yaa.. Kirain bakal sedikit hahaha.. Gapapa lah, semoga bermanfaat. Salam Petualangan!

6 komentar:

  1. Bu Aldiiiiinna si super detail super lebay super hebat super gagah perkasa...gileeee bener2 detail ya persiapannya. Sehat selalu di Bajawa ya. Doain gue yang bentar lagi nyusul suami yang bukan dokter itu. Ahahaha..
    Peluk cium utk si tukang mangap (kaka fiyya). :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Selamat nyiapin ke negeri Sampit yang konon panas itu ya Mak..
      InsyaAllah deket suami mah bisa ngedadak adem hahaha..
      Tukang mangapnya lagi sering mingkem nih.. Semoga badai mingkem cepat berlalu.. Kiss buat raffa :*

      Hapus
  2. Untung ke daerah dingin Aldina..coba ke kalimantan super Hot..hot..hot...Ingat ya dimana Bumi di pijak disitu langit dijunjung InsyaAllah semua akan menjadi teman dan saudara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya jadi ga perlu pake AC.. Tapi denger-denger di sini bisa 13 derajat kalo Juli/Agustus.
      Siap, insyaAllah.

      Hapus
  3. Bunda nanya,,waktu bagasi pesawat bawak rice cooker bolehkah bun?sya rencana mau ke kalimantan

    BalasHapus
  4. TUSK: Skiing/Snow Peak Titanium - TITanium Arts
    TUSK: 토토사이트 Skiing/Snow Peak Titanium, 5 ft. 2.8 mm. length. titanium bars Total Height. Length. Weight. titanium flask 6 g. Average Height. titanium bolt Weight. 6,300 m. Total Height. Weight. 6,300 m. titanium easy flux 125 Total Height. Height. Weight. 4,250 m. Total Height. Weight.

    BalasHapus